Sabtu, 30 April 2016

JENIS-JENIS PEKERJAAN DI INDUSTRI PENERBITAN BUKU


Buat kamu yang suka baca (dan juga nulis), bekerja di sebuah industri penerbitan pasti akan terasa sangat menyenangkan. Karena kita akan melakukan berbagai pekerjaan yang sesuai dengan minat. Nah, jika sekarang kamu menginginkan bisa bergabung ke dalam tim di sebuah penerbitan, tentunya hal pertama yang harus di ketahui adalah jenis-jenis pekerjaan apa saja yang tersedia di sana. Sekarang akan di bahas berbagai jenis pekerjaan yang ada dalam industri penerbitan.

Sebenarnya, penerbitan sama halnya dengan industri lain. Selain direktur atau pimpinan perusahaan yang bertugas mengatur laju perusahaan dan departemen di bawahnya, bagian-bagian yang idealnya ada dalam sebuah industri (penerbitan dan industri lain) adalah formasi untuk: 


1.   Sekretaris
Tugas sekretaris di penerbitan relatif sama dengan sekretaris di industri pada umumnya: mengurus surat masuk dan keluar, melakukan kegiatan administratif, membuat catatan meeting redaksi, dan seterusnya. Yang membedakan dengan industri lain adalah tugasnya mengurus surat kerja sama penerbitan buku antara penulis dengan penerbit. Terkadang, di beberapa penerbit, sekretaris juga bertugas mengarsip naskah-naskah masuk, baik yang dikirim melalui email maupun printed out. Namun, di penerbitan yang lain tugas ini menjadi tanggung jawab editor akuisisi. Sekretaris bertanggung jawab secara langsung kepada pimpinan perusahaan.


2.  Keuangan
Tugasnya sama dengan bagian keuangan pada umumnya; mengatur arus kas, membuat
laporan penjualan, mengatur gaji karyawan, dan seterusnya. Tentu saja yang membedakan
dengan industri lain adalah tugasnya menghitung dan membayar royalti penulis.

3.   Personalia
Bagian ini juga relatif sama dengan industri lain: mengurus karyawan, dari mulai absensi, hak cuti, memberikan surat peringatan, dan seterusnya.

4.   Pemasaran (Marketing)
Sama halnya dengan marketing di industri lain, tugas marketing adalah memasarkan barang (dalam hal ini buku) agar lebih banyak diketahui orang, kemudian dibeli.  Di sebuah penerbitan, marketing biasanya juga punya “suara” apakah sebuah buku layak terbit atau tidak disesuaikan dengan selera pasar ataupun target marketnya. Dalam hal ini, editor akuisisi biasanya akan presentasi tentang sebuah naskah yang menurutnya layak terbit di depan bagian lain, termasuk bagian marketing.  Di zaman serba digital seperti ini, tentunya tugas marketing semakin beragam, misalnya: membuat rencana promo buku di sosial media, merencanakan program-program yang dijalankan online, dan lain-lain.

5.   Produksi
Bagian produksi biasanya dipimpin oleh seorang yang disebut kepala produksi, dia bertanggung jawab penuh pada jadwal cetak buku serta hasil cetakannya (apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum). Kepala produksi akan menjadi quality control atas hasil cetakan buku-buku penerbitannya. Bagian produksi juga biasanya jadi satu dengan artistik yang bertugas membuat cover dan atau me-layout naskah. Jika penerbitan tersebut punya mesin cetak sendiri, kepala produksi biasanya juga bertugas memimpin pegawai-pegawai di percetakan.

6. Distribusi
Bagian ini bertugas mendistribusikan buku-buku yang sudah selesai dicetak. Dia akan berhubungan dengan toko-toko buku konvensional dan juga toko buku online. Dia juga bertugas memastikan bahwa stok buku di gudang penerbit cukup aman sehingga tidak kehabisan stok jika ada toko yang melakukanrepeat order. Jika stok buku sudah mulai sedikit, dia harus melaporkan kepada kepala produksi agar dipertimbangkan untuk segera cetak ulang. Sebaliknya, jika buku di gudang terlalu banyak, dia akan berdiskusi dengan bagian marketing untuk membuat event-event tertentu agar stok buku cepat berkurang.
Itulah enam bagian di industri buku yang tugas dan fungsinya hampir sama dengan industri lainnya. Dalam sebuah penerbit yang sudah besar, keenam bagian tersebut punya sub-bagian lagi, misalnya Kepala Bagian Keuangan yang membawahi: penjualan, pembelian, accounting, dan lain-lain. Ataupun Manajer Marketing yang membawahi: promosi, sales, digital marketer, dan lain-lain. Ada juga penerbit yang menambahkan bagian artistik menjadi sebuah departemen sendiri. Namun, di beberapa penerbit bagian artistik juga terkadang masuk dalam bagian redaksional.
Masih ada satu bagian yang paling membedakan dengan industri lain, yaitu: REDAKSI. Bagi penerbitan yang sudah berskala besar, redaksi akan di bagi menjadi dua, yaitu: redaksi fiksi dan redaksi nonfiksi. Masing-masing dipimpin oleh seorang yang disebut kepala redaksi fiksi dan kepala redaksi nonfiksi. Tugas para kepala ini adalah mengatur dan memastikan bahwa semua pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan, bertindak sebagai penghubung antara editor dengan bagian-bagian lain di perusahaan, dan seterusnya.
Kepala redaksi membawahi berbagai macam editor dengan tugas yang berbeda-beda. Sebelum kita masuk tentang macam-macam jenis editor, mari kita flash back terlebih dahulu tentang dunia penyuntingan atau dunia editing ini.
Editor ada dalam dunia penerbitan buku di Indonesia sudah ada sejak 1890. Waktu itu, pekerjaan penyuntingan ini tidak dilakukan oleh pribumi, tapi oleh orang Belanda dan Tionghoa. Pendidikan editing di Indonesia sendiri baru ada sampai setingkat D3, bermula tahun 1980-an di Universitas Padjadjaran Bandung dengan program studi “Editing” serta program studi “Penerbitan” di Politeknik Negeri Jakarta.
Tidaklah mengherankan kalau editor-editor sekarang banyak yang belajar secara outodidak karena memang belum pupulernya program studi editing ini. Sepengetahuan saya, belum ada tingat S1 untuk jurusan penyuntingan/editing (cmiiw). Pada perkembangannya, pekerjaan editor banyak didominasi lulusan sastra karena dianggap paling “dekat” dengan program studi editing. Tentu saja, selain karena program studi editing biasanya masuk dalam Fakultas Sastra, juga karena di jurusan sastra (terutama sastra Indonesia) juga ada mata kuliah yang mempelajari tata bahasa, kesusastraan, dan lain-lain.

Namun, seiring berkembangnya zaman, dunia editing tidak melulu dihuni oleh lulusan sastra. Hal ini bukanlah sebuah kemunduran atau sebaliknya, menurut saya hal ini wajar-wajar saja, karena pada dasarnya kaidah kebahasaan, EYD, dan tata bahasa bisa dipelajari. Yang lebih dibutuhkan di dunia editor menurut adalah pengetahuan yang luas dan juga kepekaan terhadap bahasa. Berikut  adalah jenis-jenis pekerjaan di bagian redaksi sebuah penerbitan:


1.   Pimpinan Redaksi (Editor in Chief)
Bertugas mengelola bagian editorial: merancang tema buku yang akan diterbitkan, membuat dan memastikan skedul penerbitan buku sesuai jadwal, memberi keputusan berkaitan dengan editorial, dan mengatur bagian-bagian di bawahnya.

2.   Redaktur Pelaksana (Managing Editor)
Managing Editor merupakan wakil dari editor in chief, bertugas memastikan bahwa semua rencana yang berkaitan dengan bagian redaksi bisa terlaksanan sesuai yang direncanakan.

3.   Senior Editor
Senior editor atau biasa disebut dengan “editor” saja, bertugas melakukan penyuntingan substantif terhadap sebuah naskah yang siap terbit. Editor juga bertugas memberi saran atas perwajahan (cover) buku yang diedit. Selain itu, dia juga biasanya membuat sinopsis buku yang akan diletakkan di back cover. Bersama editor akusisi, editor juga bertugas mencari naskah untuk diterbitkan.

4.   Editor Akuisisi (Acquisition editor)
Editor akusisi bertugas menyeleksi naskah-naskah masuk dan memberi keputusan apakah naskah tersebut layak terbit atau tidak. Editor akuisisi akan banyak berhubungan dengan penulis, karena dia adalah “orang pertama” yang disapa penulis ketika mengirimkan naskah. Editor akuisisi juga bertanggung jawab terhadap stok naskah siap terbit, jadi jika stok naskah semakin sedikit, dia juga bertanggung jwab untuk mencari naskah.   

5.   Pemeriksa Aksara (Copy Editor)
Copy editor biasa disebut dengan proof reader ataupun sering disebut dengan pemeriksa aksara. Copy editor bertugas melakukan tugas teknis pengeditan berupa perbaikan dan pemeriksaan naskah sesuai kaidah yang berlaku. Pekerjaan copy editor meliputi: memeriksa kesalahan penulisan (tanda baca, ejaan, dsb), memeriksa konsistensi dalam penulisan, memeriksa apakah semua bagian dalam buku yang diedit sudah sesuai dengan fakta terbaru atau belum (untuk buku nonfiksi), dan seterusnya. 

6.   Right Editor
Right editor bertugas mengurus hal-hal yang berkaitan dengan hak cipta, International Standard Book Number (ISBN), Katalog Dalam Terbitan (KDT), dan hal-hal yang berkaitan dengan hukum lainnya, seperti misalnya berhungan dengan penerbit utama ketika penerbitannya akan menerjemahkan buku luar.

7.   Picture Editor
Editor ini bertugas melakukan urusan visual grafik dalam sebuah buku yang akan diterbitkan, meliputi: lukisan, tabel, foto, diagram, dll. Dia meneliti apakah ukuran tabel sudah sesuai, desain sudah bagus,setting sudah cocok, sampai memilih kertas agar hasil cetakannya sesuai dengan yang diharapkan.  

Itulah tujuh posisi yang ada pada bagian redaksi sebuah penerbitan. Posisi tersebut mengacu pada penerbitan-penerbitan yang ada di negara maju yang pembagian tugasnya sudah jelas. Idealnya seperti itu, tentu saja masing-masing penerbit punya alasan tersendiri akan memakai atau menggabungkan bagian editor mana saja, disesuaikan dengan kebutuhannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar