SLIMS adalah perangkat lunak
sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber terbuka yang
dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi ini pertama kali dikembangkan dan
digunakan oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Informasi
dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan Nasional. Aplikasi
SLIMS dibangun dengan menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol
versi Git. Pada tahun 2009, SLIMS mendapat penghargaan tingkat pertama
dalam ajang INAICTA 2009 untuk kategori open source.
Ketika dirilis
pertama kali, SLIMS baru diunduh 704 kali. Angka ini melonjak menjadi
6.000 kali lebih pada Desember 2007 dan 11 ribu lebih Januari 2008. Adapun pada
Oktober lalu program itu sudah diunduh hampir 27 ribu kali. Dengan demikian,
total sudah 250 ribu kali lebih program itu diunduh. Saat ini SLIMS telah
digunakan luas oleh berbagai perpustakaan, baik di dalam maupun luar negeri.
1.2 Sejarah Pengembangan
Senayan
pertama kali digunakan di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional.
Pengembangan Senayan dilakukan oleh SDC (Senayan Developers Community). Di
koordinir oleh Hendro Wicaksono, dengan Programmer Arie Nugraha, dan Wardiyono.
Sementara dokumentasi dikerjakan oleh Purwoko, Sulfan Zayd, M Rasyid Ridho, dan
Arif Syamsudin. Pada Januari 2012, developer SLiMS bertambah 2 orang, yaitu:
Indra Sutriadi Pipii (Gorontalo) dan Eddy Subratha (Jogjakarta). Selain itu,
ada pula programmer Tobias Zeumer, dan Jhon Urrego Felipe Mejia. Situs resmi
SLiMS, saat ini ada di http://slims.web.id.
Menurut
Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha, anggota tim pengembang Senayan, program
manajemen perpustakaan ini pertama kali dikembangkan pada November 2006. Waktu
itu, para pengelola Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta
tengah kebingungan karena program manajemen perpustakaan Alice habis masa
pakainya. Alice adalah perangkat lunak bikinan Softlink sumbangan Pusat
Kebudayaan Inggris, British Council.
Departemen
tak memiliki anggaran untuk memperpanjang masa pakai Alice. Selain itu, Alice
adalah produk tidak bebas (proprietary) yang serba tertutup. Staf perpustakaan
sulit mempelajari program tersebut. Alice bahkan tak dapat dipasang di server
atau komputer lain, sehingga tidak dapat didistribusikan ke perpustakaan di
lingkungan departemen tersebut.
Hendro
lantas mengusulkan ke Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, yang memayungi
perpustakaan di departemen itu, untuk membuat program baru sebagai pengganti
Alice. ”Karena awalnya dikembangkan
dengan uang negara, harus bisa diperoleh secara bebas oleh masyarakat,”
katanya. Software baru itu kemudian dikembangkan dengan General Public License,
sistem perizinan yang lazim digunakan dalam perangkat lunak berbasis sumber
terbuka. Perizinan ini mensyaratkan agar software tersebut harus dapat
digunakan, dipelajari, diubah, dan didistribusikan ke pihak lain secara bebas.
Secara bersamaan, tapi ketika pengunjung sedang ramai,
para pustakawan cenderung memakai Alice. Akhirnya kami matikan Alice sama
sekali, dan mereka terpaksa hanya memakai Senayan,” kata Hendro. Seperti yang
mereka perkirakan sebelumnya, beberapa kegagalan terjadi ketika program itu
dijalankan. Arie, yang bertugas menjaga kelancaran migrasi itu, mendapat
keluhan bertubi-tubi dari para pengguna dan harus langsung memperbaiki program
itu. ”Bugs (gangguan pada program) memang masih banyak pada program awal ini,”
kata Arie, yang kini menjadi dosen teknologi informasi di almamaternya,
Universitas Indonesia.
Pada awalnya Hendro dan Arie Nugraha, pustakawan lain
di sana, mencari perangkat lunak yang sudah jadi, tapi terbentur sejumlah
masalah. Beberapa peranti lunak, seperti PHP MyLibrary dan OpenBiblio, ternyata
kurang serius menerapkan prinsip pengembangan aplikasi dan basis data. Dalam
basis data yang bagus, misalnya, tabel pengarang dan buku harus terpisah. ”Nah,
software yang ada waktu itu menggabungkan keduanya, sehingga tabel itu jadi
lebih rumit karena memuat data pengarang 1, pengarang 2, dan seterusnya,” kata
Hendro.
Teknologi
yang digunakan dalam software itu pun umumnya memakai bahasa pemrograman Perl
dan C++ yang relatif lebih sulit dipelajari oleh para pustakawan departemen
yang tak punya latar belakang ilmu teknologi informasi. Selain itu, beberapa
perangkat lunak tersebut sudah tidak aktif atau lama sekali tidak muncul versi
terbarunya. Dengan berbagai pertimbangan itu, mereka memutuskan membuat
perangkat lunak yang baru sama sekali dengan memanfaatkan bahasa pemrograman
PHP dan basis data MySQL, yang mereka pelajari secara otodidak. ”Kami semua berlatar belakang pustakawan.
Kebetulan kami suka pada teknologi informasi dan sama-sama mempelajarinya,”
kata Arie.
Karena
awalnya dikembangkan di perpustakaan yang berlokasi di kawasan Senayan dan nama
itu dirasa cocok dan punya nilai pasar yang bagus, aplikasi sistem perpustakaan
itu pun dinamai seperti tempat kelahirannya. Senayan berukuran kecil dan sangat
mudah dipasang di komputer, baik yang memakai sistem operasi Linux maupun
Windows. ”Besar seluruh file program, termasuk program Linux, kurang dari 1
gigabita,” kata Arie saat menjaga gerai Senayan di pameran Global Conference on
Open Source di Hotel Shangri-La Jakarta, 27 Oktober lalu.
Meski dibangun di atas
platform GNU/Linux, Senayan bisa berjalan hampir di semua sistem operasi
komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk memudahkan interaktivitas pengguna,
aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous JavaScript and XML)
untuk tampilannya di peramban. Beberapa software bersumber terbuka lain juga
dipasang di Senayan untuk memperkaya fiturnya, seperti genbarcode untuk pembuatan
barcode, PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan tinyMCE untuk penyuntingan teks
berbasis web. Yang terpenting, Senayan dirancang sesuai dengan standar
pengelolaan koleksi perpustakaan, misalkan standar pendeskripsian katalog
berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan
aturan pengatalogan Anglo-American
Cataloging Rules. Standar ini
umum dipakai di seluruh dunia. ”Karena
yang mengembangkan adalah para pustakawan, kami berani menjamin bahwa aplikasi
ini sesuai dengan standar yang dibutuhkan pustakawan di dalam dunia kerjanya,”
kata Hendro.
Untuk
mengembangkan Senayan, Hendro dan Arie mengajak anggota di mailing list ISIS (ics-isis@yahoogroups.com) -- kelompok
diskusi para pustakawan pengguna perangkat lunak manajemen perpustakaan milik
UNESCO. Beberapa pustakawan lain menanggapi rencana mereka, bahkan turut
membantu mengembangkan peranti lunak itu. Jadilah Senayan versi beta yang hanya
beredar di kalangan pustakawan di kelompok diskusi itu. Merekalah yang menguji
dan kemudian memperbaiki bolong-bolong dalam program tersebut. Akhirnya,
setelah program itu dirasa cukup stabil, Senayan dirilis ke publik pada
November 2007, bertepatan dengan ulang tahun Perpustakaan Departemen Pendidikan
Nasional yang ketiga.
Sebenarnya
Senayan belum sempurna saat itu, tapi Hendro merasa bahwa program ini harus
segera digunakan, terutama agar pustakawan di kantornya terbiasa dengan program
baru ini dan mempercepat migrasi dari Alice. ”Semula kami pakai program Senayan
dan Alic.
Tiga
bulan berikutnya, Hendro mengundang beberapa pustakawan yang aktif di mailing
list ISIS untuk menghadiri Senayan Developer’s Day—acara perekrutan tenaga
pengembang program itu. Dari acara tersebut, terpilihlah empat nama: Purwoko,
pustakawan Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Wardiyono,
programer sebuah organisasi lingkungan; Sulfan Zayd, pustakawan di Sekolah
Mentari; dan Arif Syamsudin, pustakawan di Sekolah Internasional Stella Maris. Selama
tiga hari para pustakawan terpilih itu berkumpul dan berkonsentrasi dalam
penambahan fitur, perbaikan, dan pembaruan dokumen Senayan. Hasilnya, mereka
meluncurkan Senayan versi yang lebih stabil dan dokumen program. Maret tahun
berikutnya mereka berkumpul kembali dengan kegiatan yang sama.
Belakangan
ini, mereka mendapat bantuan dari Tobias Zeumer, programer di Jerman. Zeumer
mengganti program multibahasa Senayan dengan PHP Gettext, standar program
multibahasa di lingkungan peranti lunak sistem terbuka. ”Dia peduli pada
pengembangan Senayan dan salah satunya adalah menambahkan fitur bahasa Jerman
pada Senayan,” kata Hendro. Selain terus memperkaya Senayan, tim pengembang
terus membuat paket program untuk memudahkan pemasangan. Paket yang disebut
Portable Senayan (psenayan) ini berisi program Senayan, Apache (program untuk
server), PHP, dan MySQL. Pengguna tinggal mengopi, mengekstrak, dan langsung
menggunakannya pada komputer atau server masing-masing.
Ketika
dirilis pertama kali, Senayan baru diunduh 704 kali. Angka ini melonjak menjadi
6.000 kali lebih pada Desember 2007 dan 11 ribu lebih Januari 2008. Adapun pada
Oktober lalu program itu sudah diunduh hampir 27 ribu kali. Dengan demikian,
total sudah 250 ribu kali lebih program itu diunduh.
Karena
dapat diunduh secara bebas, Hendro dan kawan-kawan tak tahu persis berapa
banyak pengguna aplikasi ini. Tapi sedikitnya ada sekitar 218 perpustakaan dan
lembaga lain yang mengaku memakai Senayan, seperti Pusat Studi Jepang UI,
Perpustakaan Kedokteran Tropis UGM, Sekolah Indonesia-Kairo di Mesir,
Perpustakaan Indonesian Visual Art Archive, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta,
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Rumah Sakit M.H. Thamrin Cileungsi,
Institut Bisnis dan Informatika Indonesia, serta Perpustakaan Umum Kabupaten
Pekalongan.
Senayan
kini sudah berkembang jauh. Ia tak hanya menampilkan data buku, tapi juga dapat
menampilkan gambar, suara, buku elektronik, dan bahkan video. Hendro dan timnya
juga sedang mengembangkan agar setiap server pengguna Senayan dapat saling
”bicara”, sehingga nanti dapat dibangun sebuah gerbang pencarian data buku
dalam jaringan yang dapat menelusuri semua katalog. ”Nanti akan ada sebuah
gerbang agar pencarian buku cukup melalui satu situs saja,” kata Arie.
1.2 Fitur-fitur SLIMS
- Online Public Access Catalog (OPAC) dengan pembuatan thumbnail yang di- generate on-thefly.
- Thumbnail berguna untuk menampilkan cover buku.
- Mode penelusuran tersedia untuk yang sederhana (Simple Search) dan tingkat lanjut (Advanced Search)
- Detail record juga tersedia format XML (Extensible Markup Language) untuk kebutuhan web service.
- Manajemen data bibliografi yang efisien meminimalisasi redundansi data.
- Manajemen masterfile untuk data referensial seperti GMD (General Material Designation), Tipe Koleksi, Penerbit, Pengarang, Lokasi, Supplier, dan lain-lain.
- Sirkulasi dengan fitur: Transaksi peminjaman dan pengembalian, Reservasi koleksi, Aturan peminjaman yang fleksibel, Informasi keterlambatan dan denda.
- Manajemen keanggotaan.
- Inventarisasi koleksi (stocktaking)
- Laporan dan Statistik
- Pengelolaan terbitan berkala
- Dukungan pengelolaan dokumen multimedia (.flv,.mp3) dan dokumen digital. Khusus untuk pdf dalam bentuk streaming.
- Beragam format bahasa termasuk bahasa yang tidak menggunakan penulisan selain latin.
- Menyediakan berbagai bahasa pengantar (Indonesia, Inggris, Spanyol, Arab, Jerman).
- Dukungan Modul Union Catalog Service.
- Counter Pengunjung perpustakaan.
- Member Area untuk melihat koleksi sedang dipinjam oleh anggota.
- Modul sistem dengan fitur: Konfigurasi sistem global, Manajemen modul, Manajemen User (Staf Perpustakaan) dan grup, Pengaturan hari libur, Pembuatan barcode otomatis, Utilitas untuk backup.
1.3 SLiMS 8 Akasia dirilis di SLiMS Commeet 2015 Malang
SLiMS
versi terbaru, yaitu versi 8 (Akasia) telah dirilis. Berbagai perubahan radikal
muncul pada rilis Akasia kali ini. Selain dari sisi tampilan OPAC dan admin,
beberapa penambahan fitur juga mengiringi rilis Akasia. Kebutuhan interaksi
antara pemustaka dan pustakawan diwadahi dalam fitur web chat. Kebutuhan
interoperabilitas MARC dibungkus dengan fitur eksport to MARC.
Pustakawan
dapat menikmati panduan SLiMS tidak lagi harus membuka dokumen terpisah, namun
dengan bermasis Markdown (.md), manual SLiMS dapat dibaca langsung pada
aplikasi. Hal ini memudahkan pustakawan untuk melihat "contekan"
ketika menemukan kesulitan dalam mengoperasikan SLiMS. Fitur yang sangat
mendukung para peneliti terkait pengutipan, berbentuk tampilan format style
daftar pustaka yang dapat dicopi oleh pemustaka dengan mudah di SLiMS. Isu
teranyar dunia perpustakaan, RDA (Resources Descriotion and Access) pun muncul
pada rilis Akasia ini. Penasaran? silakan unduh dan nikmati berbagai perubahan
SLiMS Akasia. Semuanya dapat diperoleh secara GRATIS dengan berbagai kemerdekaan,
sebagaimana kebebasan dalam GPL v.3.